Sabtu, 14 Juli 2012

Salmadanis Bantah Menganak Emaskan Alumni MTI Candung

Persiapan IAIN Imam Bonjol Padang menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) sudah mulai intens  dilakukan Rektor, Prof. Dr. H. Makmur Syarif, SH, M.A, salah satunya dengan melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah aliyah (SLTA.red).

Terakhir,  Rektor berkunjung ke sekolahnya dulu, MTI (Madrasah Tarbiyah Islamiyah) Candung, Kabupaten Agam, Senin (09/04).

Berita tentang kunjungan ini dimuat di Koran Harian Singgalang tanggal 10 april lalu. Menariknya, dalam berita tersebut Pembantu Rektor (PR) I Dr. Syafruddin dan PR II Prof. Dr. H. Salmadanis menyatakan, “Khusus untuk MTI Candung, alumninya sekitar  60 persen akan mendapatkan fasilitas beasiswa bidik misi, DIPA, BAZ, dan lainnya,”.

Pernyataan tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa IAIN akan menganak emaskan alumni MTI Candung, seperti yang dituturkan mahasiswa berinisial FM, “Ini nantinya pasti akan menimbulkan kecemburuan sosial bagi mahasiswa yang bukan alumni MTI Candung, kesannya ada pilih kasih,” pungkasnya.

Tanggapan juga muncul dari Yazid, salah seorang alumni MTI Candung. “Sebenarnya hal ini hanya sekedar muluik manih dari pejabat IAIN untuk menarik siswa canduang, dalam kenyataan belum tentu seperti itu,” ujar mahasiswa jurusan Al-ahwal Asy-syakhsiyyah (AS) Fakultas syari’ah ini.

Mengklarifikasi hal ini, Salmadanis mengatakan, “60 persen itu bukan dari semua mahasiswa IAIN, tapi dari orang candung yang  lulus di IAIN, yang lulus di IAIN dari candung biasanya juga tidak seberapa, berkisar sepuluh orang. Kalau dilihat dari persentase itu hanya 6 orang saja yang mendapatkan beasiswa, jadi tidak bisa dikatakan menganak emaskan,“ tanggapnya.

Lanjutnya, “Mahasiswa dari Candung ini pun juga harus memenuhi syarat untuk mendapatkan beasiswa,  seperti Surat Miskin dari wali nagari, IP min. 3, berkelakuan baik, dan mendapat rekomendasi dari fakultas,” ujar Guru Besar Fakultas dakwah ini saat ditemui di ruangannya, Kamis (12/04).

Sumber: http://suarakampus.com

Pesantren MTI Canduang mesti Percaya Diri

Pondok Pesantren MTI ( Madrasah Tarbiyah Islamiyah) Canduang, diharapkan mempertahankan kurikulum pendidikan yang telah teruji keberhasilannya semenjak 84 tahun yang silam. Tekad Syeh Sulaiman Arrasuli dalam pembaharuan pendidikan Indonesia, dirasa cukup memberi tempat yang baik dengan hasil produk telah mampu melahirkan tokoh-tokoh pembangunan saat ini.Tamatan tahun 60 an dan 70 an telah ada yang menjadi Bupati/Walikota, wakil gubernur, guru-guru besar di beberapa daerah di Indonesia, ini suatu bukti keberhasilan sistem kurikulum yang diterapkan Syeh Sulaiman Arrasuli dengan khas pendidikan kitab kuningnya.

Ini disampaikan Gubernur Irwan Prayitno saat memberikan sambutan pada acara Penyerahan Ijazah tamatan kelas VII yang ke 72 tahun 2012 di Pondok Pesantren MTI Canduang Kabupaten Agam, Kamis (17/5). Hadir dalam kesempatan tersebut  Wakil Gubernur Jambi Fachori Umar, Bupati Indra Catri, Rektor IAIN Imam Bonjol, Prof.Dr. H. Makmur Syarif, SH, M.Ag, Kanwil Kementrian Agama, Kadis Sosial Abdul Gafar,SE.MM, Kabiro Bina Sosial Drs. Jefrinal Ariffin, serta beberapa kepala SKPD dilingkungan Pemkab Agam.

Lebih lanjut Irwan Prayitno menyampaikan, jangan terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran orang-orang yang baru saja selesai pendidikan yang nota bene masih dalam kerangka percobaan sistem dengan kurikulum baru yang belum tentu menghasilkan produk pendidikan yang baik.  Dari dulu pemerintah selalu gonta ganti kurikulum, namun hasilnya sama saja, sesungguhnya dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) sistem kurikulum pendidikan diserahkan kepada Madrasah dan Pesantren dengan mengaju pada Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, belajar untuk memahami dan menghayati, belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Jadi perlu dipikirkan lebih konverhensip lagi  terhadap perubahan atau menambah beban kurikulum yang diterapkan di MTI Canduang ini. Karena setiap orang tidak akan mungkin menguasai banyak pengetahuan, selain mempertimbangkan jumlah waktu pelaksanaan pendidikan juga mengingat keterbatasan kemampuan seseorang anak didik.

Mari kita pertahankan sistem kurikulum Syeh Sulaiman Arrasuli dengan khas Kitab Kuning, sebagai bahagian pembangunan sistem pendidikan yang baik di Sumatera Barat. Karena tidak banyak Pesantren yang mampu bertahan hingga saat, Pondok Pesantren MTI Canduang merupakan salah satu kebanggaan kita hari ini, dan untuk masa datang, ujarnya.

Irwan juga menyampaikan, saat ini pemerintah provinsi sedang giat-giatnya memproses program pendidikan berkarakter,sebagai pengembangan pendidikan Sumatera Barat dalam memwujudkan SDM yang mampu berbuat secara kogniktif, afektif , skomotorik.

Dalam kehidupan seseorang yang menjadikan dia hebat, ialah bagaimana mana ia mampu mengaplikasikan, pemahaman dan penghayatan ilmu yang ditututnya dalam kehidupan sehari-hari dan membuat ia percaya diri. Itulah karakter kelebihan, keunggulan seseorang dihargai dan menjadikan ia bermanfaat dan berguna bagi yang lain, ungkapnya

Irwan lebih jauh menegaskan, Pondok Pesantren MTI Canduang mesti percaya diri terhadap apa yang telah diperbuat dan mempertahankan keberhasilan yang telah ada hingga saat ini. Karena salah satu contoh wujud pendidikan berkarakter itu, telah berkembang di Pondok Pesantren MTI Canduang ini.

Perkembangan boleh saja terjadi dalam sarana dan prasana, dulu tidak kursi dan meja, kini ada kursi dan meja, dulu tidak ada komputer kini perlu adannya komputer. Dulu tidak ada gedung sekolah yang refesentatif, kini bangun gedung yang baik, dulu tidak ada Informasi Tehnologi kini ada jariangan IT yang menglobalkan pengetahuan perkembangan dunia.

Selain itu untuk meningkatan kualitas SDM, mungkin perlu penambahan S2, S3 bagi guru-gurunya untuk didik di Mesir, atau hal-hal teknis lainnya yang tidak perlu merobah sistem kurikulum pendidikan yang ada saat ini, himbaunya. Bupati Indra Catri dalam kesempatan itu juga menyampaikan, kita bangga dengan program pendidikan Pondok Pesantren MTI Canduang ini, dengan sistem pendidikan khas kitab kuning telah menginpirasi banyak orang untuk menyekolahkan anak-anak mereka di daerah ini.

Kebanggaan ini juga tidak terlepas dari perhatian banyak pihak dalam memajukan sekolah ini, walau kita menyadari anggaran APBD Pemkab. Agam yang amat terbatas. Sekolah ini tetap eksis dan terus melahirkan alumni-alumninya, mudah-mudah ini akan terus berkembang dari waktu ke waktu, ajaknya.

Dalam acara tersebut, gubernur Irwan Prayitno menyempatkan diri menyerahkan piagam penghargaan pada siswa berprestasi terbaik satu atas nama angkatan ke 72 tahun 2012.Zardi


Sumber: http://www.nusantaranews.net

KEADAAN SANTRI MTI CANDUANG SEBELUM RAMADHAN 1433 H

Canduang - Ahad, 15/07/2012

Sekarang adalah hari ke-2 santri baru MTI Canduang mengikuti PBM  (Proses Belajar Mengajar) yang mana sebelumnya mengikuti MOS (Masa Orientasi Saantri) selama 4 hari (Senin- Kamis, 9-12 Juli). Rencana PBM adalah sampai hari Senin (16/07) mendatang. Kemudian Seluruh PBM diliburkan selama Ramadhan 1433 H dan mulai belajar lagi pada hari Senin 27 Agustus 2012. Sehingga santri mengalami libur panjang selama 42 hari.

Dari informasi terakhir yang dihimpun didapat jumlah seluruh santri MTI Canduang adalah sebanyak  812 orang dengan rincian 180 orang kelas satu, 29 orang kelas khusus, 326 tingkat Tsanawiyah (yaitu kelas II - IV), 277 orang tingakat Aliyah (yaitu kelas V-VII).

Lokal yang terpakai adalah sebanyak 26 lokal dengan jumlah rata-rata siswa 30 orang. Dari tahun-tahun sebelumnya, grafik santri baru MTI Canduang tahun sekarang meningkat dari yang biasanya. Tahun lalu kelas I hanya 5 lokal dan tahun sekarang meningkat menjadi 6 lokal.



Informasi terkat:
 Seputar PSB

Minggu, 08 Juli 2012

MTI Canduang Mesti Pertahankan Kurikulum Kitab Kuning

Agam, Padek—Pondok Pesan­tren MTI (Madrasah Tarbiyah Is­lamiyah) Canduang mesti per­caya di­ri dengan sistem kurikulum Pen­didikan Syekh Sulaiman Arra­suli. Makanya, MTI Canduang, diharap­kan mempertahankan kuri­kulum pendidikan yang telah teruji keber­hasilannya seja k84 tahun silam.

“Tamatan tahun 60 an dan 70-an telah ada yang menjadi bupati/ wali kota, wakil gubernur, guru besar di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Ini bukti keberhasilan sistem kurikulum yang diterapkan Syeh Sulaiman Arrasuli dengan khas pendidikan kitab kuningnya,” ujar Gubernur Sumbar Irwan Prayitno pada penyerahan ijazah tamatan kelas VII ke-72 tahun 2012 di Pondok Pesantren MTI Can­duang, Kamis (17/5).

Tampak juga hadir Wakil Gu­bernur Jambi Fachori Umar, Bu­pati Agam Indra Catri, Rektor IAIN Imam Bonjol Makmur Syarif, Kakanwil Kementrian Agama Sum­bar, Ismail Usman, Kadis Sosial Abdul Gafar, Kabiro Bina Sosial, Jefrinal Arifin, serta beberapa kepala SKPD di lingkungan Pem­kab Agam.

MTI Canduang diharapkan jangan terpengaruh oleh pemikiran orang-orang yang baru saja selesai pendidikan yang notabene masih dalam kerangka percobaan sistem de­ngan kurikulum baru, yang be­lum tentu menghasilkan produk pen­didikan yang baik. Dari dulu pe­merintah selalu gonta-ganti kuriku­lum, namun hasilnya sama saja.

Jadi, kata gubernur, perlu dipikirkan lebih konperhensif lagi  terhadap perubahan atau menam­bah beban kurikulum yang diterap­kan di MTI Canduang. Karena setiap orang tidak akan mungkin menguasai banyak pengetahuan, selain mempertimbangkan jumlah waktu pelaksanaan pendidikan juga mengingat keterbatasan ke­mampuan seseorang anak didik.

“Mari kita pertahankan sistem kurikulum Syeh Sulaiman Arrasuli dengan khas Kitab Kuning, sebagai bahagian pembangunan sistem pendidikan yang baik di Sumbar. Karena tidak banyak pesantren yang mampu bertahan hingga saat ini. Pondok Pesantren MTI Can­duang merupakan salah satu ke­banggaan kita hari ini, dan untuk masa datang,” ujar Irwan.

Irwan menambahkan, Pondok Pesantren MTI Canduang mesti percaya diri terhadap apa yang telah diperbuat dan mempertahankan keberhasilan yang telah ada hingga saat ini. Karena salah satu contoh wujud pendidikan berkarakter itu, telah berkembang di Pondok Pe­san­tren MTI Canduang ini.

“Perkembangan boleh saja terjadi dalam sarana dan prasarana, dulu tidak kursi dan meja, kini ada kursi dan meja, dulu tidak ada komputer kini perlu adannya kom­puter. Dulu tidak ada gedung sekolah yang refesentatif, kini di bangun gedung yang baik, dulu tidak ada Informasi Tehnologi (IT), kini ada jaringan IT yang meng­lo­balkan pengetahuan perkem­ba­ngan dunia,” katanya.

Bu­pati Agam Indra Catri juga menya­takan kebanggaan dengan sistem pen­didikan di MTI Can­duang yang mempertahankan Kitab Kuning.

Sumber: http://padangekspres.co.id

MTI Canduang Harus Bangga dengan Kurikulum Pesantren

Pondok Pesantren MTI (Madrasah Tarbiyah Islamiyah) Canduang diharapkan mempertahankan kurikulum pendidikan yang telah teruji keberhasilannya semenjak 84 tahun silam. Tekad Syekh Sulaiman Arrasuli dalam pembaharuan pendidikan Indonesia, dirasa cukup memberi tempat yang baik dengan hasil produk telah mampu melahirkan tokoh-tokoh.

Tamatan tahun 60-an dan 70-an telah ada yang menjadi bupati/walikota, wakil gubernur, guru besar di beberapa daerah di Indonesia. Ini suatu bukti keberhasilan sistem kurikulum yang diterapkan Syekh Sulaiman Arrasuli dengan khas pendidikan kitab kuningnya.

Pujian dan apreasiasi ini disampaikan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno saat memberikan sambutan pada acara penyerahan ijazah tamatan kelas VII yang ke-72 tahun 2012 di Pondok Pesantren MTI Canduang Kabupaten Agam, Kamis (17/5).

Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Gubernur Jambi Fachori Umar, Bupati Indra Catri, Rektor IAIN Imam Bonjol Prof. Dr. H. Makmur Syarif, SH, M.Ag., Kanwil Kementrian Agama, Kadis Sosial Abdul Gafar, Kabiro Bina Sosial Drs. Jefrinal Ariffin.

Lebih lanjut Irwan Prayitno menyampaikan, jangan terpengaruh oleh pemikiran orang-orang yang baru saja selesai pendidikan yang nota bene masih dalam kerangka percobaan sistem dengan kurikulum. Dari dulu pemerintah selalu gonta ganti kurikulum, namun hasilnya sama saja. Sesungguhnya dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) sistem kurikulum pendidikan diserahkan kepada madrasah dan pesantren dengan mengacu pada panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Jadi perlu dipikirkan lebih konverhensip lagi  terhadap perubahan atau menambah beban kurikulum yang diterapkan di MTI Canduang ini. Karena setiap orang tidak akan mungkin menguasai banyak pengetahuan, selain mempertimbangkan jumlah waktu pelaksanaan pendidikan juga mengingat keterbatasan kemampuan seseorang anak didik.

"Mari kita pertahankan sistem kurikulum Syekh Sulaiman Arrasuli dengan khas kitab kuning sebagai bagian pembangunan sistem pendidikan yang baik di Sumatera Barat. Tidak banyak pesantren yang mampu bertahan seperti Pondok Pesantren MTI Canduang ini," kata Irwan Prayitno.

Bupati Indra Catri dalam kesempatan itu juga menyampaikan, kita bangga dengan program pendidikan Pondok Pesantren MTI Canduang dan telah menginspirasi banyak orang untuk menyekolahkan anak-anak mereka di daerah ini.

Sumber: http://www.kliksumbar.com

Kamis, 05 Juli 2012

MTI Canduang Menerima Murid Baru TP 2012-2013

Jum'at, 6 Juli 2012

Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang yang lebih dikenal dengan MTI Canduang, sebagai institusi Pendidikan Islam swasta sejak 84 tahun yang lalu (mulai 5 Mei 1928) sampai sekarang telah menyelenggarakan pendidikan keagamaan yang menitik beratkan kepada penguasaan “kitab kuning/gundul” sebagai khazanah intelektual Islam klasik.

MTI Canduang Canduang yang berlokasi di nagari Canduang Koto Laweh yang terletak di sisi sebelah utara gunung Merapi ini telah membuka penerimaan murid baru sejak hari Sabtu tanggal 2 Juni lalu dan akan berakhir pada hari Sabtu tanggal 7 Juli ini.

Sampai berita ini diturunkan telah mendaftar sebanyak 235 orang. Yang mendaftar ulang baru 192 orang. Diantaranya 168 orang kelas satu, 21 orang kelas khusus ,2 orang kelas lima, dan 1 orang kelas dua. Lokal yang tersedia: 7 Lokal, yang telah terisi baru 6 lokal. Selain dari Sumatera Barat, juga ada pendaftar dari Propinsi Jambi, Riau, Sumatera Utara, Bengkulu dan dari Jakarta.

Abdullah, S.Ag anggota Panitia Penerimaan Santri Baru memperkirakan pada hari terakhir pendaftaran ulang yaitu Sabtu (07/07) semua santri akan mendaftar ulang seluruhnya, ditandai dengan banyaknya sms dan telpon masuk dari wali calon murid yang mengatakan bahwa mereka akan datang pada hari terakhir saja, sekalian membawa alat-alat dan peralatan belajar anak-anak mereka untuk tinggal di asrama.

Dilaporkan oleh Fitrayadi